

Sulut, Minahasa Selatan // COBRA BHAYANGKARA NEWS
Komite Sekolah Dasar GMIM Munte, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan, menggelar rapat koordinasi penting pada Kamis (31/7/25) yang bertujuan membahas kesepakatan pembiayaan bagi guru-guru honor yang aktif mengajar di sekolah tersebut.
Rapat ini dipimpin langsung oleh Ketua Komite Sekolah, Alex Pangkey, didampingi anggota komite Shanty Lumenta, dan dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan pendidikan di SD GMIM Munte.
Rapat yang berlangsung di ruang pertemuan SD GMIM Munte ini turut melibatkan pemerintah desa melalui kehadiran Hukum Tua Desa Munte, Oktavian Talopod, SE, serta tokoh-tokoh penting lainnya seperti Ketua KP2 Drs. Johny Piri, Ketua BPMJ GMIM Munte Pdt. Ronald Gagola, S.Th, serta para ketua paguyuban kelas dari kelas 1 hingga kelas 6. Tidak hanya itu, hadir pula perwakilan orang tua murid yakni Ibu Jenny Piri Kindangen, Bapak Jhony Laoh, dan Bapak Boyke Piri, serta pengurus Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) setempat.
Dalam forum ini, komite sekolah bersama para orang tua murid menyepakati pengumpulan dana bantuan sebesar Rp 10.000 per keluarga atau wali murid. Dana tersebut akan digunakan sebagai bentuk dukungan kepada guru-guru honor yang selama ini berperan penting dalam proses pembelajaran di SD GMIM Munte.
Ketua Komite Sekolah, Alex Pangkey, saat dikonfirmasi wartawan menyampaikan bahwa kesepakatan ini bukan hal baru, melainkan bentuk kepedulian yang sudah beberapa kali dilakukan demi menunjang kesejahteraan guru honor.
“Kami sebagai komite sekolah melihat bahwa keberadaan guru honor sangat penting dalam menunjang kualitas pendidikan di sekolah ini. Karena itu, kami berinisiatif kembali melibatkan peran serta orang tua murid dan jemaat gereja untuk memberikan kontribusi yang sifatnya sukarela namun sangat berarti bagi mereka,” ujar Alex Pangkey.
Sementara itu, Boyke Piri, selaku perwakilan orang tua murid, memberikan apresiasi terhadap langkah yang diambil oleh komite sekolah.
“Kami para orang tua merasa perlu mendukung guru-guru yang telah berjasa mendidik anak-anak kami. Dengan nominal yang tidak memberatkan, kami berharap langkah ini bisa membantu meringankan beban mereka,” ucapnya.
Senada dengan itu, Jhony Laoh, perwakilan orang tua lainnya, juga menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan yang dicapai dalam forum tersebut.
“Kami menganggap hal ini sebagai wujud nyata gotong royong antara pihak sekolah, orang tua, dan gereja untuk memastikan keberlangsungan pendidikan yang layak bagi anak-anak kami,” tambahnya.
Kesepakatan ini juga disambut positif oleh pengurus gereja GMIM Munte yang turut hadir. Mereka menilai kerja sama ini sejalan dengan semangat pelayanan gereja dalam mendukung pendidikan di tengah jemaat. Ketua BPMJ, Pdt. Ronald Gagola, S.Th, menegaskan bahwa gereja siap ikut mendukung setiap langkah yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan anak-anak jemaat dan masyarakat sekitar.
Selain orang tua dan pengurus gereja, rapat juga melibatkan ketua-ketua paguyuban kelas yaitu Meigi Mamonto (kelas 1), Yanti Makasudede (kelas 2), Cindy Lombogia (kelas 3), Murni Lombogia (kelas 4), Afke Laoh (kelas 5), dan Greisita Posumah (kelas 6). Mereka semua menyatakan kesiapan untuk mensosialisasikan kesepakatan ini kepada seluruh orang tua murid di masing-masing kelas.
Hasil rapat ini menunjukkan komitmen bersama antara komite sekolah, orang tua murid, pemerintah desa, dan gereja untuk mendukung keberlangsungan pendidikan di SD GMIM Munte.
Dengan adanya iuran sukarela sebesar Rp 10.000 per keluarga, diharapkan guru-guru honor yang telah berjuang memberikan pendidikan terbaik kepada siswa dapat lebih termotivasi dan merasa dihargai.
Kesepakatan ini disambut baik oleh pemerintah desa. Oktavian Talopod, SE, selaku hukum tua Desa Munte, menegaskan dukungan penuh pemerintah desa terhadap inisiatif komite sekolah.
“Kami dari pemerintah desa siap memberikan dukungan penuh terhadap langkah baik ini. Kesejahteraan guru honor merupakan hal penting karena mereka adalah garda depan dalam mendidik generasi muda desa ini,” ungkap Oktavian.
Keputusan ini mendapat persetujuan penuh dari seluruh peserta forum dan dinyatakan resmi sebagai hasil kesepakatan bersama. Hal ini sekaligus menjadi contoh nyata kerja sama lintas elemen masyarakat dalam membangun masa depan generasi muda melalui pendidikan yang berkualitas.
[Peliput: Dm Komaling]






