Banyuwangi ,Cobra_Bhayangkaranews.co.id-
Kosek Ponjen menjadi salah satu tradisi turun-temurun masyarakat Banyuwangi, khususnya suku Osing yang ada di Desa Pendarungan.
Tradisi ini biasanya diadakan saat menikahkan anak bungsu atau anak terakhir (tidak punya adik).
Kosek ponjen itu sendiri, suatu tradisi yg mana kedua pengantin dan seluruh keluarga pengantin berkumpul sama – sama mengaduk uang yang bercampur dengan beras kuning dalam nampan (talam).
Kepala Desa Pendarungan (Adi Purwanto, S.Pd) menyebutkan jika uang Kosek Ponjen bersumber dari pemberian keluarga dengan keliling, menurut keterangan warga Suku Osing, Mupu Ponjen terdiri dari uang logam dan kertas.
“Beras kuning merupakan simbol yang memiliki makna sebagai tolak balak atau mencegah terjadinya bencana serta diharapkan rumah tangganya bahagia dan menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah Warahmah,” kata Kepala desa(Adi purwanto.spd)
Umumnya, tradisi kosek ponjen dilaksanakan di tempat yang mudah dilihat semua orang, Misalnya di halaman rumah/Kuade (Dekor Pengantin).
Nantinya uang kosek ponjen akan di serahkan kepada Pengantin Perempuan karena nanti yg mengatur keuangan dalam rumah tangga.
Dalam perkembangannya, upacara tradisi kosek ponjen perlu dilestarikan agar tidak punah. “Sebab budaya dan tradisi lokal sebagai suatu bentuk dari keragaman budaya bangsa Indonesia khususnya Orang Osing Deles”. Tutur kepala desa(Adi Purwanto.spd)
(BC)