Taput//COBRA BHAYANGKARA NEWS
Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara terus berupaya melestarikan budaya lokal dengan menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Sekolah Dasar (SD) dan SMP Se Kab Taput bertujuan untuk memperkuat keberadaan adat budaya lokal dan bahasa daerah batak toba di kalangan generasi muda maupun para siswa-siswi pelajar.
“Acara yang digelar pada Sabtu (09/11/2024) di Gedung Sopo Partungkoan Tarutung,Kecamatan Tarutung,Kab Taput juga dihadiri para Kepala Sekolah dan guru pendamping maupun orang tua siswa/siswi peserta festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2024
Kadis Dikbud Taput Bontor A Hutasoit,S.IP,M.SP diwakili Kepala Bidang Kebudayaan Tiurma Sinaga,S.Sos menjelaskan bahwa FTBI tahun ini menyajikan perlombaan,yaitu” Aksara Daerah,Turi-turian,Marturasi,Markobar, Marende,Lawak,Puisi,Pidato denga bahasa daerah..
Festival Tunas Bahasa Ibu ini merupakan strategi penting dalam menjaga Adat budaya dan bahasa daerah Batak Toba agar tidak hilang di tengah arus modernisasi,” ujar Tiurma Sinaga.
Festival lomba tersebut telah diikut sebanyak 104 Orang peserta siswa-siswi dari berbagai sekolah tingkat SD dan SMP negeri/ swasta di wilayah Kab Taput dengan menghadirkan 15 Orang tim dewan juri penilai sesuai kategori yang diperlombakan
Sebelumnya para peserta lomba telah melalui proses seleksi mulai dari tingkat Kec hingga Ke Kabupaten.
Selanjutnya pemenang dari setiap kategori ditingkat SD dan SMP akan mewakili kompetisi ke tingkat provinsi dan tingkat nasional.
“Kepala Disdikbud Taput yang diwakili Kabid kebudayaan,Tiurma Sinaga,S.sos menambahkan bahwa FTBI bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan bagian dari program revitalisasi bahasa ibu. Menurutnya, festival ini menjadi sarana untuk mendorong siswa lebih kompetitif, kritis, dan kreatif dalam mengapresiasi serta mengembangkan bahasa daerah di Taput.
Tujuan akhirnya adalah untuk mengasah bakat anak-anak dalam kerangka budaya lokal, sehingga diharapkan dapat melahirkan generasi yang cinta akan warisan budaya kita untuk tetap dilestarikan.
“Lebih lanjut,Bontor A Hutasoit Melalui Kabid Kebudayaan menekankan bahwa dampak positif dari festival ini bukan hanya diukur dalam pelaksanaannya, tetapi bagaimana mendorong pada kontribusi generasi muda dalam melestarikan bahasa daerah.
Kami berharap, melalui acara semacam ini, akan tercipta generasi emas pada 2045 yang memiliki kecintaan mendalam terhadap budaya lokal kita,”harapnya.
Amir Hutabarat- Kaperwil Sumut