Banyuwangi-COBRA BHAYANGKARA NEWS
Ribuan orang mengunjungi Desa Adat Kemiren, Glagah banyuwangi, untuk merayakan Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Acara tahunan yang telah berlangsung selama satu dekade ini telah menjadi agenda yang ditunggu-tunggu bagi para pecinta kopi dan budaya setempat.Minggu, 5 Nov 2023
Festival Ngopi Sepuluh Ewu merupakan wujud dari semangat melestarikan tradisi minum kopi sekaligus mempromosikan kopi lokal banyuwangi. Acara ini telah menjadi magnet bagi wisatawan dan masyarakat setempat dengan beragam kegiatan yang memikat, mulai dari pertunjukan seni hingga lomba fotografi.
Festival ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari petani kopi, tukang sangrai, hingga para barista terampil, dan tentu saja, pecinta kopi itu sendiri. Semua berkolaborasi dengan tekun untuk memastikan festival ini sukses dan memberikan manfaat nyata bagi daerah setempat
Bupati banyuwangi, Fiestiandani, memberikan dukungannya kepada festival ini melalui sambutan yang disampaikannya secara virtual. Ia mengapresiasi acara yang telah berlangsung sejak tahun 2013 ini dan menganggap Festival Ngopi Sepuluh Ewu sebagai upaya untuk menggali potensi yang dimiliki oleh Desa Kemiren.
“Ngopi bukan hanya sekadar minum kopi sehari-hari bagi warga Kemiren, tetapi juga menjadi bagian dari daya tarik bagi para wisatawan. Melalui Festival Ngopi Sepuluh Ewu, yang telah berlangsung selama satu dekade ini, Desa Kemiren telah sukses menciptakan daya tarik yang dapat dinikmati oleh para wisatawan,” ujar Bupati Fiestiandani, 4 November 2023
Ia juga berharap festival ini dapat menjadi sarana promosi bagi Desa Kemiren kepada para pengunjung. Bupati Fiestiandani mendorong semua pihak untuk terus meningkatkan kualitas festival ini dari tahun ke tahun.
Sesepuh adat Desa Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa warga Kemiren hidup dengan falsafah “lungguh, suguh, dan gupuh” dalam menghormati tamu. Lungguh berarti menyiapkan tempat, suguh adalah tentang menyajikan hidangan, dan gupuh adalah tentang kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu.
Suhaimi menjelaskan lebih lanjut, “Kami menyiapkan tempat duduk di sepanjang teras warga sebagai bagian dari lungguh. Kami juga menyajikan kopi dan beragam jajanan tradisional sebagai suguh. Kami berusaha memberikan pelayanan terbaik sebagai bentuk dari gupuh kami.”
Dariharto, pemilik Jenneg Homestay, berharap bahwa melalui festival ini, tamu wisatawan dapat menjadi sebagian dari komunitas Kemiren. “Dengan ngopi bareng di sini, kami ingin mereka menjadi saudara bagi kami. Karena kami punya semboyan, ‘Sak Corotan Dadi Sakduluran’ – Menyeduh Bersama maka Kita Bersaudara,” ungkap Dariharto.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu bukan hanya menjadi ajang bersenang-senang, tetapi juga menjadi alat untuk mengundang orang datang ke Kemiren. Sebagai desa wisata yang berkembang pesat, kedatangan para wisatawan menjadi sangat penting untuk mendorong sektor ekonomi kreatif yang sedang berkembang di daerah ini, termasuk kuliner, seni pertunjukan, dan penginapan.
Dengan semangat kebersamaan dan kerja sama antara komunitas lokal, pemerintah, dan pengusaha, Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Kemiren tidak hanya merayakan kopi lokal dan budaya, tetapi juga membantu dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Acara ini telah menjadi daya tarik yang tak terhindarkan bagi para pencinta kopi dan wisatawan yang datang ke banyuwangi
“Nurhadi”